Monday, October 31, 2011

START: Feel Your Own Wind

START!

In the morning.
Let's feel the wind on the moment.
What kind of wind is that?
What kind of feel do you got?

Every person may feel different feel and different wind.

Every person has their own heart.
Heart can NOT be same for every people.

Every heart could experience and store various kind of presence.

Let's start from our heart.
Give yours a little time at least.
For listening to what your heart says.

And believe this: every person could be a special warrior in this earth.

Wind has been told me this story.
So please embrace yourself. Please believe one more time to your heart intent.
And so give yourself your own wing. Slowly spread your own wing.

Sayap ialah keinginan manusia.
Wright bersaudara mencoba mengabulkan keinginan manusia sejak zaman primitif dulu menjadi realisasi yang mereka sebut pesawat terbang.
Namun sampai saat ini manusia belum puas.
Mereka tetap ingin terbang dengan sayap sendiri. Bebas.
Kebebasan untuk melepas beban mereka.
Alasan tersebut berbeda dengan manusia zaman dahulu. Mereka ingin terbang karena mereka ingin mengetahui apa yang tidak bisa diketahui tanpa terbang.

Manusia zaman sekarang semakin dewasa semakin terbebani.
Sangat sering mereka ingin melepaskan beban tersebut.
Dan terbang di langit yang biru. Bercengkrama dengan makhluk terbang lainnya.
Bahkan sedikit berharap akan bertemu dengan malaikat yang akan membantunya menyelesaikan bebannya di darat.
Ya... di langit tidak ada beban. Semua beban ada di darat. Mereka menghempaskan diri ke langit untuk melepas beban.

Bagaimana untuk mencapai langit dengan terbang?
Tentu jawabnya ialah dengan sayap.
Ini analogi.
Sayap adalah skill kita.
Terbang adalah pengembangan dari skill kita.
Langit adalah apa yang hati nurani kita katakan tentang keinginan kita.

Ini adalah langkah pertama untuk bisa terbang:
Lepaskan sejenak beban pikiran kita.
Berikan waktu sejenak untuk diri kita.
Dengarkan apa yang hati kita inginkan.
Bila tak terdengar, berarti terdapat kabut yang menutupinya.
Cara untuk membuka kabut tersebut hanya kau sendiri yang tahu.
Dengarkan kata hati. Itulah langkah pertama untuk menciptakan sayap.

Langkah kedua ialah mencari dan merasakan angin.
Akan dibahas di tulisan berikutnya.

Thanks to all readers.
This was another soliloquy without any resource.
-8.08 a.m. Gg.Makam 21-

The closer = The Tougher

Pagi hari.
Kuterbangun lagi.
Dari kutertidur lagi.
Sial lagi. Al-fajr terlewati.
Sudah berapa kali?
Sial.
Kenapa sial?
Aku tak nyaman.
Kejadian satu zaman.
Tak lagi seperti tahun itu.
Tak lagi selambat itu.
Kali ini segalanya begitu cepat.
Beban semakin berat.
...dan semakin banyak.
Yang tertulis adalah 19.
Namun yang terrasa adalah 30.

Padahal ini sudah dua tujuh bulan sepuluh.
Tapi aku belum juga mengukir.
Ini saja yang pertama.
Namun tentunya bukan ini yang kuinginkan.

Pagi hari ini pun sudah tujuh - empat puluh lagi.
Rencanaku berantakan lagi.
Apa coba yang harus kutulis dalam 3 hari ke depan?
Tadi mau kutulis semua beban disini.
Namun apa perlu?
Jika kutulis disini sama dengan menegaskan.
Menegaskan beban itu benar akan memakan.
Lebih baik kusadari saja.
Semakin berat sama dengan semakin dekat.
Dekat dengan destinasi saya.
Dekat dengan takdir jaya.
(harus) dekat dengan Sang Penguasa.

Kuakhiri bait ini.
Kulangkahkan kaki.
Bersegera mandi.
Menyambut pagi.
Menaruh mimpi.
Di depanku setiap waktu.
Dan mengomando tubuhku.
Untuk segera maju.
Tanpa memikirkan masa lalu.

Sambil mengingat: the closer = the tougher.

-27 October 2011-